Isu-isu terkini pendidikan. Kapita selekta
TUGAS RUTIN I
“ISU-ISU TERKINI PENDIDIKAN”
Dosen
pengampu
“Dra.
Rosdiana, M.Pd”
DISUSUN OLEH :
NAMA : DEYA SAFIRA
NIM : 1171171004
STANBUK : 2017
KELAS : REGULER A
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
NEGERI MEDAN
2018
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbilalamin, segala
puji bagi Allah SWT Tuhan seru sekalian alam atas segala berkat, rahmat,
taufik, serta hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah
Dalam penyusunan makalah ini,
penulis memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak.Penulis mengucapkan
terima kasih kepada dosen
pembimbing yang telah memberikan
bimbingan dan arahan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini, dan
rekan-rekan mahasiswa yang selalu berdoa dan memberikan motivasi kepada
penyusun.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini
masih terdapat kekurangan.Oleh karena itu, penyusun mengharapkan kritik dan
saran yang membangun agar makalah ini dapat lebih baik lagi. Akhir kata
penyusun berharap makalah ini dapat memberikan wawasan dan pengetahuan kepada
para pembaca pada umumnya dan pada penyusun pada khusunya
Medan , FEBRUARI 2018
DEYA SAFIRA
i
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR..................................................................................... i
DAFTAR
ISI................................................................................................... ii
BAB
I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
. A. Latar Belakang............................................................................................ 1
B. Rumusan
Masalah...................................................................................... 1
BAB
II PEMBAHASAN................................................................................. 2
BAB
III PENUTUP.......................................................................................... 7
A. KESIMPULAN........................................................................................... 7
B. SARAN....................................................................................................... 7
DAFTAR
PUSTAKA....................................................................................... iii
ii
BAB
I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Pendidikan merupakan salah satu pilar pokok dalam
pembangunan sebuah bangsa. Ini berarti, untuk menetapkan standar tinggi
rendahnya derajat suatu bangsa, kita bisa melihat bagaimana mutu pendidikan
yang diterapkan dalam bangsa tersebut. Semakin bagus mutu pendidikannya, maka
semakin baguslah bangsa tersebut. Sama halnya dengan majunya mundurnya sebuah
peradaban bukan disebabkan oleh para tentaranya yang jago perang atau tidak.
Tapi cukup dilihat apakah orang-orang yang didalamnya berpendidikan atau tidak.
Dengan adanya pendidikan yang tepat sasaran dan efektif, akan melahirkan generasi bangsa yang memiliki etos kerja yang tinggi, sehingga bisa membuat bangsa tersebut maju. Negara-negara maju saat ini contohnya, mereka banyak mengawali kesuksesan mereka dengan memberikan perhatian lebih pada sektor pendidikan nasional. Sektor pendidikan mendapat dukungan penuh dari Negara, serta ada upaya dari mereka untuk terus memperbaiki sistem di dalamnya, agar sejalan dengan situasi, kondisi, dan kebutuhan.
Dengan adanya pendidikan yang tepat sasaran dan efektif, akan melahirkan generasi bangsa yang memiliki etos kerja yang tinggi, sehingga bisa membuat bangsa tersebut maju. Negara-negara maju saat ini contohnya, mereka banyak mengawali kesuksesan mereka dengan memberikan perhatian lebih pada sektor pendidikan nasional. Sektor pendidikan mendapat dukungan penuh dari Negara, serta ada upaya dari mereka untuk terus memperbaiki sistem di dalamnya, agar sejalan dengan situasi, kondisi, dan kebutuhan.
Indonesia
semakin hari kualitasnya makin rendah. Berdasarkan Survey United Nations
Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO), terhadap
kualitas pendidikan di Negara-negara berkembang di Asia Pacific,
Indonesia menempati peringkat 10 dari 14 negara. Sedangkan untuk kualitas para
guru, kulitasnya berada pada level 14 dari 14 negara berkembang.
Salah
satu faktor rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia adalah karena
lemahnya para guru dalam menggali potensi anak. Para pendidik seringkali
memaksakan kehendaknya tanpa pernah memperhatikan kebutuhan, minat dan bakat
yang dimiliki siswanya. Kelemahan para pendidik kita, mereka tidak pernah
menggali masalah dan potensi para siswa. Pendidikan seharusnya
memperhatikan kebutuhan anak bukan malah memaksakan sesuatu yang membuat anak
kurang nyaman dalam menuntut ilmu. Proses pendidikan yang baik adalah
dengan memberikan kesempatan pada anak untuk kreatif. Itu harus dilakukan sebab
pada dasarnya gaya berfikir anak tidak bisa diarahkan. Selain kurang kreatifnya
para pendidik dalam membimbing siswa, kurikulum yang sentralistik membuat
potret pendidikan semakin buram. Kurikulum hanya didasarkan pada pengetahuan
pemerintah tanpa memperhatikan kebutuhan masyarakat..
B. Rumusan Masalah
Apa
saja isu-isu dalam pendidkan?
1
BAB
II
PEMBAHASAN
Sebagai
salah satu sarana pembentuk karakter sebuah bangsa, sudah semestinya juga
pendidikan memiliki ruang untuk melahirkan para intelektual yang nantinya bisa
menopang keberlangsungan perjalanan bangsa yang bersandar pada kesejahteraan
rakyat. Namun keberadaan intitusi pendidikan saat ini malah menghambat pada
modal dan kekuasaan. Hingga saat ini, pendidikan selalu dihadapakan dengan
tantangan penigkatan layanan dan mutu pendidikan. Tantangan inilah yang
akhirnya memunculkan masalah isu-isu aktual dalam masyarakat. Tuntutan akan
peningkatan layanan atau mutu pendidikan adalah merupakan dampak keberhasilan
pembangunan dalam perubahan sosial, antara lain meningkatkan apresiasi
masyarakat terhadap pendidikan. Sesungguhnya, bila membahas permasalahan
pendidikan di Indonesia, maka kita akan menemukan banyak permasalahan yang
beragam, komplek dan bahkan terkadang tidak berujung pada penyelesaian masalah
yang sempurna. Beberapa isu-isu terkait pendidikan yang ada di Indonesia.
Antara lain:
1.
Ujian Nasional Ujian Nasional
merupakan
salah satu jenis penilaian yang diselenggrakan oleh pemerintahan untuk mengukur
keberhasilan seorang siswa. Keberadaannya hanya sebagai alat pengetes
pendidikan saja, bukan sebagai alat untuk meningkatkan mutu pendidikan. Salah
satu tujuan keberadaan Ujian Nasional yang menggatikan EBTANAS sebelumnya
adalah untuk menyempurnakan penilaian pendidikan yang lebih realistis, serta
meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Namun hingga saat ini, kehadiran UN
masih menimbulkan pro dan kontra di antara masyarakat. Bila berbicara soal mutu
pendidikan yang dihasilkan, output pendidikan nasional saat ini masih
memprihatinkan. Hal ini terbukti berdasar pada Ujian Nasional yang dikembangkan
saat ini melalui tes tertulis dengan soal-soal yang cenderung mengukur
kemampuan aspek kognitif. Dan itu menjadi sangat mungkin bagi guru untuk
terjebak ke dalam pembelajaran gaya lama yang lebih menekankan pada pencapaian
kemampuan kognitif siswa melalui gaya pembelajaran tekstual dan behavioristik.
Selain itu, para psikolog juga mengatakan bahwa dengan adanya UN, mental siswa
menjadi tertekan dan hanya terpaku ke dalam pelajaran yang di UN- kan. UN
hingga kini juga dianggap tidak memiliki hak asasi guru untuk memberikan
kelulusan. Karena bayangkan saja, guru yang selama ini dianggap sebagai
pahlawan pendidikan diabaikan, karena tiga tahun mengajar muridnya, serta
mengerti betul tentang karakter muridnya, tidak diberi hak dalam menentukan
kelulusan. Ketua Umum PB PGRI, Dr Sulistyo mengatakan bahwa UN bukan saja gagal
meningkatkan mutu, tapi kita sudah memberikan dampak buruk, menanamkan
nilai-nilai koruptif pada murid,. Bisa dikatakan juga sebagai pembunuh karakter
karena sebelum UN dilaksanakan, siswa akan sibuk mencari kunci jawaban. Dan
ironisnya, mereka akan membeli kunci jawaban tersebut. Selain itu, pada
pelaksaannya pun, banyak isiswa yang mencontek ketika UN berlangsung. Ini sama
saja, kepentingan Ujian Nasional sudah dimanfaatkan oleh kepentingan umum di
luar pendidikan.
2
Oleh karena itu, jangan
heran bila dalam pelaksanaannya akan ditemukan banyak kejanggalan-kejanggalan,
seperti kasus kebocoran soal, menyontek, atau bentuk kecurangan lainnya.
2.
Isu seputar pendidikan moral dan budi
pekerti
Sebenarnya
tujuan pendidikan yang terdapat di dalam sistem pendidikan nasional kita sudah
sangat lengkap untuk membentuk anak didik menjadi pribadi yang berlandaskan
pada budi pekerti yang luhur. Namun seperti yang kita saksikan saat ini, para
anak didik Indonesia seakan-akan sudah mengalami krisis budi pekerti. Bahkan
berita tentang criminal, bocah-bocah nakal, seakan-akan sudah menjadi santapan
sehari-hari. Untuk itu, akan lebih baik bila sekolah juga menerapkan pendidikan
karakter pada murid-murid didiknya. Pendidikan karakter ini merupakan penanaman
nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan,
kesadaran, tidakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap
tuhan, diri sendiri sesama, lingkungan maupun kebangsaan hingga menjadi insan
kamil. Seseorang akan dikatakan berkarakter jika telah berhasil menyerap nilai
dan keyakinan yang dikehendaki masyarakat serta digunakan sebagai kekuatan
moral dalam hidupnya. Ada banyak penyebab yang menghadang kita sebagai
pendidik, dalam upaya memberikan bekal akhlak yang baik kepada anak didik kita.
Antara lain adalah: a. Arus globalisasi memiliki perkembangan teknologi yang
sangat pesat. Ini menjadi tantangan tersendiri bagi kita, karena dunia pun
bahkan sekarang hanya seukuran ujung jari. Saat itu, kita bisa mengkses banyak
informasi yang negative maupun positif dimana-mana. Bila anak didik tidak
memiliki agama yang kuat, hal itu bisa menyebabkan dampak negative yang besar
bagi kita, keluarga dan bangsa. b. Pola hidup yang telah bergeser. Moral para
pejabat yang amat melekat dengan kata-kata korupsi, curang, tidak peduli ada
kesusahan orang lain, karena bila mengeluarkan pendapat, sangat diragukan
ketulusannya dan keseriusannya. C. Moral para artis yang rupa-rupanya menjadi
panutan para anak didik. d. Kurikulum sekolah mengenai dimasukkannya materi
moral dan budi pekerti ke dalam setiap mata pelajaran juga cukup sulit. e.
Ekonomi Indonesia yang tidak dapat diabaikan keberadaannya begitu saja. Karena
bagaimanapun itu sebuah kebijakan, pasti akan memerlukan dana yang besar agar
kebijakan tersebut bisa berjalan dengan baik.
3.
Kurikulum Pendidikan
Secara
etimologi, kurikulum berasal dari bahasa yunani, yaitu curir yang berarti
pelari, dan currere yang berarti berlari cepat, maju dengan cepat. Secara
istilah, kurikulum berarti sejumlah pengetahuan atau kemampuan yang harus
diselesaikan atau harus ditempuh seorang siswa guna mencapai tingkatan
tertentu. secara formal dan dapat dipertanggung jawabkan. Kurikulum merupakan
salah satu alat untuk mencapai satu tujuan pendidikan serta menjadi pedoman
dalam pelaksanaan proses belajar mengajar pada berebagai jenis dan tingkat
sekolah. Namun seiring berkembangnya zaman, pengertian kurikulum terus
mengalami perubahan makna. Dan lama kelamaan, tugas pendidikan yang pada
awalnya harus diemban oleh dua pihak, antara kelusrga dan sekolah menjadi tidak
berimbang.
3
Selama ini, kurikulum
dianggap sebagai penentu keberhasilan pendidikan. Karena itu, perhatian para
guru, dosen, hingga praktisi pendidikan terkonsentrasi pada kurikulum. Padahal
kurikulum bukanlah penetu utama dari keberhasilan suatu pendidikan.Sekalipun
kurikulum juga sebagai penentu kesuksesan, tapi kasus yang terjadi di negeri
kita ini adalah kurangnya kesadadaran. Kesadaran untuk berprestasi, kesadaran
untuk sukses, kesadaran untuk meningkatkan SDM, dan kesadaran untuk
menghilangkan kebodohan. Hingga saat ini, Indonesia sudah mengalami banyak
perubahan kurikulum pendidikan. Mulai kurikulum KBK, KTSP, hingga yang terbaru
saat ini adalah K- 13 yang masih menimbulkan pro kontra dan bahkan banyak
sekolah yang pada akhirnya kembali lagi pada KTSP, karena bahkan guru pun
banyak yang tidak sanggup untuk mejalankan program ini. Sebenarnya kurikulum
yang memiliki posisi sentral dalam pendidikan ini menunjukkan bahwa
kependidikan yang utama adalah proses interaksi akademik antara peserta didik,
pendidik, sumber dan lingkungan. Dan jika seseorang ingin mengetahui apa yang
dihasilkan, atau pengalaman belajar yang didapatkan, maka dia harus mengkaji
dan mempelajari kurikulum lembaga pendidikan tersebut. Secara singkat, posisi
kurikulum bisa dibagi menjadi tiga. Yaitu: - Construct yang dibangun untuk
mentransfer apa yang sudah terjadi pada masa lalu kepada generasi berikutnya
untuk dilestarikan, diteruskan, atau dikembangkan. Sebagai jawaban untuk
menyelesaikan berbagai masalah sosial yang berkenaan dengan pendidikan. - Untuk
membangun masa depan, dengan berbagai rencana pengembangan dan pembangunan
bangsa melalui masa lalu dan masa sekarang sebagai dasar untuk mengembangkan
masa depan.
4.
Dana Pendidikan
Muhammad Nuh sebagai
menteri pendidikan nasional mengajukan tambahan dana untuk anggaran pendidikan
sebesar Rp 11,762 triliun dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
Perubahan (APBN-P) 2011. Rencananya tambahan dana ini diajukan untuk menambah
anggaran beasiswa dan juga pendidikan di daerah timur Indonesia. Di satu sisi,
hal ini patut diapresiasi mengingat dana pendidikan di Indonesia akan ditambah.
Tentu saja, jika penyampaiannya tepat, dana ini akan sangat membantu mereka
yang tidak memiliki akses terhadap pendidikan. Namun di sisi lain, hal ini akan
menimbulkan pertanyaan lebih jauh: akankah dana pendidikan ini tepat sasaran
seperti yang diharapkan?. Bahwa dengan anggaran pendidikan sekarang yang
dipatok sebesar 20% dari APBN, masih saja terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan. Padahal, pemerintah mematok adanya program wajib belajar sembilan
tahun. Dan kejadian-kejadian di atas terjadi pada daerah pendidikan dasar
tersebut. Oleh karena itu, wajar jika masyarakat akan menilai tambahan dana yang
sekalipun akan dikucurkan tersebut tidak akan mampu memenuhi kebutuhan
masyarakat kecil terkait akses pendidikan. Realitas yang ada sekarang ini
menyatakan hal sebaliknya. Malahan, yang akan timbul adalah ketakutan akan
penyelewengan dana tersebut. Menambahkan dana pendidikan itu memang perlu
namun, untuk apa penambahan tersebut dilakukan jika harus mengalami kebocoran
dimana-mana? Analoginya seperti menambahkan debit air bersih. Jika debit
ditambahkan namun kebocoran pada pipa tetap terjadi, akhirnya penambahan itu
akan sia-sia juga sebab yang membuat debit itu berkurang sampai di pelanggan
bukan hanya masalah besar atau kecilnya debit awal melainkan kebocorannya.
4
Oleh karena itu, yang
seharusnya dilakukan sebelum penambahan dana adalah dengan menanggulangi
kebocoran itu terlebih dahulu. Dana bantuan operasional sekolah (BOS) yang
dialirkan ke daerah-daerah sudah sepatutnya diawasi pemakaiannya oleh
pemerintah daerah. Jangan sampai dana tersebut sampai pada tangan-tangan yang
tidak berhak m88899990- endapatkannya. Jika dana BOS ini sudah terealisasi
dengan baik, maka seharusnya masalah uang kursi dan seragam sekolah tidak lagi
harus dipermasalahkan.
5.
Pengaruh media
Pengaruh
media terhadap anak Saat ini kita tengah memasuki abad kejayaan teknologi, yang
di situ kita akan dihadapkan dengan kenyataan bahwa dunia ini telah dipenuhi
dengan berbagai informasi yang keluar masuk dengan bebasnya tanpa adanya sekat.
Kecenderungan global dalam informasi ini menyebabkan interaksi dan interelasi
menjadi sedemikian pendek. Baik itu hubungan antar manusia maupun antar Negara.
Arus informasi yang tersalurkan melalui berbagai media ini dapat diperoleh
dengan sangat cepat sekali, dan cukup dengan sentuhan ujung jari. antara
manusia menjadi semakin pendek. Ada banyak manfaat yang dihasilkan dari media
cetak maupun media elektronik. Salah satunya adalah, bahwa media tersebut
sangat efektif dijadikan sebagai sarana dalam dunia pendidikan. Media dapat
menambah pengetahuan, membentuk perkembangan kemampuan serta ketrampilan anak.
Bagi anak remaja, media elektronik merupakan sumber informasi penting untuk
mengetahui dunia sekeliling mereka. Jumlah informasi yang mereka peroleh akan
dapat meningkatkan wawasan serta membuat pola pikir mereka lebih maju. Terlebih
lagi mengingat model pendidikan saat ini adalah dengan memberikan kesempatan
pada para peserta didik untuk mengembangkan kemampuan, pola pikir mereka
sebebas-bebasnya. Namun dibalik semua kelebihan yang dihasilkan dari
pekembangan teknologi saat ini, rupanya ada banyak sisi negative dengan
perkembangan teknologi yang rupanya semakin lama semakin tidak ketulungan ini
Terlebih pendidikan saat ini menerapkan pada anak didik untuk bisa berkembang
sendiri dengan mengandalkan tugas-tugas yang kebanyakan bentuknya berupa mengandalkan
diri melalui browsing dan yang lainnya. Seperti internet. Baik mahasiswa maupun
pelajar pada umumnya akan lebih mengandalkan internet dalam memnuhi tugas
mereka. Mereka tidak ingin repot dengan pergi ke perpustakaan, mencari
satu-persatu buku yang dibutuhkan. Hal itu sangat tidak baik, karena dengan
ketergantungan pada internet, akhirnya akan mempengaruhi pola pikir mereka.
Selain internet, ada juga televisi. Dengan adanya televisi, anak-anak maupun
remaja akan tumbuh menjadi orang yang tidak kreatif karena hidup mereka akan
banyak dihabiskan di depan televisi. Itu akan menghabiskan banyak waktu dan
masa produktif mereka. Dalam psikologi misalnya, mereka akan menjadi pribadi
yang tidak peka, mengabaikan keadaan sekitar, bahkan kasus yang parah adalah, mereka
akan meniru apa yang mereka liaht melalui televise. Dari semua pembahasan
tentang media, maka media elektroniklah yang saat ini memiliki peran besar
dalam membentuk karakter anak.
5
Kita bahkan lebih
mempercayakan anak-anak didik kita pada media elektronik timbang pada diri kita
sendiri, sebagai seorang guru. Untuk itu, perlu adanya kerjasama antara
keluarga dan sekolah dalam membatasi hubungan anak dengan media elektronik,
karena media itu cukup menghambat guru dan keluarga dalam proses pembentukan karakter
pada anak.
6.
Kebijakan tentang kualitas dan kwantitas
guru
Penyertaan
pendidikan dalam usaha pembangunan di semua bidang sangatlah diperlukan. Hal
ini bertujuan agar orang yang bersangkutan bisa memberikan hasil yang memuaskan
di dalam mengatasi berbagai macam persoalan dan hajat hidup orang banyak.
Sehingga dalam hal ini, pendidikan haruslah mendapatkan perhatian khusus,
termasuk prioritas pengembangannya.
6
BAB
III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Jika
mencermati sudut pandang pemerintah, pemerintah saat ini juga sudah berupaya
untuk terus memperbaiki kualitas pendidikan yang ada. Salah satunya adalah
dengan mengubah-ubah kurikulum agar tetap relevan dengan zaman yang ada.
Seperti K-13 yang hingga saat ini masih menuai banyak permasalahan. Namun perlu
kita ingat, bahwa ujung tombak dari setiap kebijakan dan pendidikan pada
akhirnya berpulang pada makhluk yang bernama guru. Gurulah yang akan
melaksanakan segala bentuk pola, gerak, dan geliatnya perubahan kurikulum.
Seperti saat ini, saat berbagai macam model pembelajaran yang berrkaitan dengan
K-13 diuji cobakan, maka gurulah yang sangat berperan dalam melaksanakannya.
Masukan dari guru akan menjadi perbaikan, terutama pada model unsur
pembelajaran itu sendiri, juga pada komponen-komponen /unsur-unsur kurikulum
lainnya yang terkait dengan uji coba tersebut.
B. SARAN
Sebagai guru pula, kita
perlu sebuah sistem pembelajaran, sitem pengajran, serta perangkat lain agar
mutu kita bisa lebih baik lagi. Mengingat ada banyak isu pendidikan yang kita
dapatkan saat ini, akan lebih baik bila kita memperbaikinya dari diri kita
sendiri. Seperti halnya, kekerasan yang terjadi di sekolahan, kwalitas guru
yang dipertanyakan, maka itu bisa kita perbaiki mulai dari diri kita pribadi.
Karena kita adalah bagian dari para generasi penerus bangsa yang nantinya juga
akan melahirkan penerus generasi bangsa selanjutnya.
7
DAFTAR
PUSTAKA
·
Aan Komariah dan Engkoswara. 2011.
Administrasi Pendidikan, Bandung:Alfabeta.
·
Sam M.Chan dan Tuti T. Sam, 2005.
Kebijakan Pendidikan Era Otonomi Daerah, Jakarta: Raja Grafindo Persada
·
H.M Arifin, 1993, Kapita Selekta
Pendidikan Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
iii
Comments
Post a Comment